Dari saya
Terima kasih bagi netter yang telah ke blog saya, dan menyediakan sedikit waktunya untuk membaca buah pikiran saya. Saya sangat senang jika apa yang saya pikirkan mendapat respon positif ataupun negatif. Dan saya dapat dihubungi di 08127627068. Salam mari berbagi kedamaian.
M.Rawa El Amady
Sabtu, 20 Oktober 2007
PERKARANGAN SEBAGAI EKONOMI ALTERNATIF RUMAH TANGGA
M.Rawa El Amady
Secara kultural Riau pada umumnya menjalankan pola ekonomi tanaman keras di alur sungai. Pola ekonomi ini umum dimiliki oleh masyarakat yang mulai beranjak dari pola ekonomi food gathering (bergantung dari alam) ke ladang berpindah-pindah dan perlahan menuju ke pertanian menetap secara tahunan. Secara sosiologi ekonomi masyarakatnya masih menganut ekonomi subsisten dimana nilai usaha diukur berdasarkan kebutuhan harian.
Pada pola ekonomi seperti ini pola pendapatan dipengaruhi oleh pola pembelanjaan. Ada tiga pola pembelanjaan yang biasanya terjadi, yaitu pembelanjaan massal, pembelanjaan harian dan pembelanjaan sosial. Sumber utama pembelanjaan tersebut adalah produksi tahunan dan bulanan, yaitu beladang, meneres getah (sawit, jeruk) berbalak kayu, mecari ikan, mencari damar, dan taman sayur di ladang. Jika hasil produksi tidak mencukupi, biasanya langkah yang diambil adalah menjual harta, menghutang ke tauke atau bantuan keluarga dekat.
Jika kita melihat rumah-rumah orang melayu dan pinggiran sungai maka yang akan ditemui adalah tumbuhnya tanaman keras seperti kelapa, rambutan,jambu dan lain-lainnya. Jarang kita melihat fungsi perkarangan diisi oleh tanaman muda untuk konsumsi harian apalagi dijual. Hal ini wajar karena masyarakat sendiri masih sangat dipengaruhi oleh budaya pertanian berladang berpindah-pindah, belum sampai kepada himpitan lahan, atau lahannya masih luas.
Prediksi yang Akan Terjadi
Permasalahannya yang akan muncul dalam tahun-tahun kedepan (mungkin juga kini sudah dirasakan) adalah lahan sudah berubah dari lahan alam menjadi lahan pribadi milik pengusaha. Makin banyaknya peralihan kepemilikan lahan ini, maka semakin sempit lahan bagi masyarakat. Makin sempit lahan makin sulit untuk berladangan dan makin kecil pendapatan. Hal ini akan memaksa masyarakat untuk bertani secara menetap (hal ini telah terjadi pada petani Jawa dari awal kemerdekaan). Jika petani tidak akan mencari langkah bertani secara menetap maka sudah bisa dipastikan akan memberi dampak yang sangat berarti bagi pendapatan masyarakat. Atau bisa diasumsikan, jika pola ekonomi tidak berubah maka masyarakat akan semakin miskin, kemiskinan tidak mungkin berkurang.
Secara teoritis ada beberapa hal yang akan terjadi pada masa depan akibatnya hilangnnya lahan, Pertama, akan terjadinya krisis ketahanan pangan atau kemiskinan. Krisis ini bersumber dari perubahan sumber pendapatan disebabkan hilangnya hutan dan tanah perladangan serta potensi sungai, serta hilangnya aktivatas pertanian primer digantikan aktivitas pertanian skunder dan tertier. Padahal ketahanan pangan penduduk lokal tergantung pada hutan dan sungai.
Selain itu, pada masa yang tidak terlalu lama lagi penduduk di desa ini akan menghadapi apa yang dikenal dengan involusi pertanian(Geertz 1970), dimana tanah atau rumah sewa tidak bertambah sementara jumlah anggota keluarga bertambah. Seperti pengalaman di Amerika Serikat untuk suku Indian, di Australia untuk suku Aborijin, suku Melayu di Medan dan suku Betawi di Jakarta
Kedua adalah terjadinya krisis tenaga kerja. Penduduk desa yang dulunya merupakan unit tenaga kerja rumah tangga (domestik) yaitu bekerja tanpa dibayar untuk ekonomi rumah tangga di sektor pertanian dan kehutanan, (Cayanov 1966) kini mereka tidak bisa lagi menjadi unit ekonomi domestik, mau bekerja di perusahaan tidak mempunyai skill dan terikat dengan budaya pertanian.
Jika sudah begini keadaannya, maka langkah yang diambil oleh masyarakat adalah beralih sumber ekonomi secara terpaksa, yaitu mengambil sisa-sisa pekerjaan perkotaan. Contoh kasus yang paling menarik adalah masyarakat di Pangkalan Kerinci, 80% penduduknya menjadi buruh angkut harian, penarik becak dan buruh bangunan harian dan berladang dengan lahan apa adanya. Sementara dunia usaha dan dunia kerja di perusahaan diambil alih pendatang, bahkan penduduk lokalpun menjadi komuditi oleh sekolompok orang.
Mengorganizir Rumah Tangga
Jika sampai pada suatu prediksi diatas, satu-satu yang dimiliki masyarakat adalah rumah dan perkarangan. Tidak ada pilihan lahan bekerja untuk bertani, pilihan kerja hanya pekerjaan sisa saja. Maka akan terjadi dimana para lelaki biasanya berkeluyuran keluar rumah hanya untuk menunjukkan bahwa dia lelaki yang bertangung jawab sehingga selalu punya kesibukan untuk mencari nafkah walaupun tidak punya penghasilan.
Dalam keadaan yang mengkhawatirkan ini maka pilihan pengunaan lahan hanya lahan perkarangan. Persoalannya adalah selama ini perkarangan masyarakat melayu biasanya ditanami tanaman keras yang mana tidak secara langsung memberi sumbangan untuk membantu menyelesaikan kebutuhan makan hari ini. Disinilah peranan masyarakat adat untuk memfungsikan perkarangan dari tanaman keras ke tanaman muda. Lahan perkarangan yang sempit tersebut dioptimalkan untuk menjadi sumber utama penghasilan keluarga.
Bagaimana memilih jenis tanaman muda yang tepat? Yang harus diperhatikan adalah tanaman apa yang diminati oleh ibu/bapak ataupun anak-anaknya yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan hari ini. Bagaiman membangkitkan minat terhadap tanaman? Diperlukan tambahan pengetahuan dari dinas pertanian ataupun pendampingan.
Apa mungkin perkarangan bisa menjadi sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hari ini? Jika orientasi tanaman untuk dimakan sendiri jelas tidak mungkin karena dia hanya mampu memenuhi satu kebutuhan saja dari fungsi tanaman yang ditanam itu saja. Sebab itu fungsi perkarangan harus berorientasi pasar, yaitu tanaman itu harus dijual. Masalahnya sering sekali ada pertanyaan apa mungkin produksi perkarangan berorientasi pasar? Lagi pula dengan produksi yang kecil tersebut akan kesulitan memasarkannya. Jika belajar dari pengalaman Malasyia yang membisnis desa maka produksi rumah tangga tersebut bisa menjadi produk massal yang berkelanjutan.
Adapun langkah yang perlu diambil melakukan gerakan partisipatif dari konsultatif oleh pemuka adat ataupun kelompok pendamping. Pemuka adat atau kelompok pendamping ini menggali potensi rumah tangga, yaitu melihat kemampuan perkarangan dan tanaman yang cocok serta minat usaha dari rumah tangga tangga. Setiap keluarga yang mempunyai jenis usaha yang sama digabung dalam satu kelompok usaha. Pendamping melakukan pendampingan pada kelompok ini agar menjadi satu unit usaha yang kuat dan terorganisir. Dari kelompok-kelompok usaha tersebut digabung menjadi usaha desa dalam bentuk koperasi. Koperasi menjadi sumber pasar dari usaha ini, koperasilah yang membeli dan menjual produk desa tersebut menjadi produk ekonomi. Koperasipun sekaligus berfungsi sebagai pembentuk jaringan pasar/luar. Untuk menjaga keseimbangan desa fokus sasaran hendaknya diutamakan Kepada keluarga miskin terlebih dahulu.
Bagaimana Peranan Pemerintah?
Pemerintah sesuai dengan fungsinya adalah melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan peningkatan usaha publik. Maka langkah utama bagi pemerintah adalah menyediakan petugas pertanian untuk membimbing masyarakat bertani yang baik dan kemudahan modal. Kemudian pemerintah menyediakan subsidi dan pupuk, serta menyediakan pasar atau pengolahan agar menjadi barang setengah jadi atau bahan jadi. Untuk menwujudkan hal tersebut maka yang diperlukan adalah tersedianya jalan dan transportasi yang memadai.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
4 komentar:
saya bekerja di WWF Indonesia kalimantan tengah bag sosial ekonomi nah saya sedang mencari analisis dan strategi usaha yang pas untuk ekonomi pedesaan bisa bantu saya
Mbak eka fransiska, kita sering berfikir pendekatan struktural fungsional bisa menyelesaikan masalah, ternyata Indonesia gagal. Untuk menganalisis strategi yang cocok sebaik harus ada partisipasi risetnya. Saya bersedia membantu, silakan hub saya ke hp saya di blogger ini.
salam
assalamualaikum...
saya ika efriyani..
mau tanya...
model-model pemanfaatan lahan perkarangan khususnya untuk tanaman sayuran???
saya menanyakan ini karena saya akan KKN dan saya tertarik untuk mengajak masyarakat didesa tersebut dengan menggunakan metode atau model dalam pemanfaatan lahan perkarangan ayang akan menarik masyarakat untuk melakukananya.
mohon solusinya...
wassalam...
mba, model yang bersifat umum tidak ada, karena sangat ditetukan oleh kondisi dimana mba berada. Saya saran mbak ajak masyarakat ngobrol dan tawarkan alternatifnya. Nah kalau mbak sudah dilapangan mbak boleh telepon saya untuk bahas situasi lapangan ke 081977620768
ok salam
Posting Komentar