Dari saya

Terima kasih bagi netter yang telah ke blog saya, dan menyediakan sedikit waktunya untuk membaca buah pikiran saya. Saya sangat senang jika apa yang saya pikirkan mendapat respon positif ataupun negatif. Dan saya dapat dihubungi di 08127627068. Salam mari berbagi kedamaian. M.Rawa El Amady

Sabtu, 20 Oktober 2007

Nasib Usaha Mikro

Oleh M. Rawa El Amady Sejak Indonesia merdeka hingga reformasi hadir, usaha mikro belum dipandang di Indonesia. Negara tidak pernah menghitung konstribusinya dalam PDRB, bagi negara usaha mikro yang hidup dipingiran jalan bagai beban bagi pemerintah yang setiap saat dikejar Satpol PP dan diusir begitu saja. Negara hanya menghidupi usaha menengah dan besar yang jelas-jelas memberi permasukan kepada negara. Baru pada tahun 80-an, seorang sosiolog Jerman Hans Dieter Evers, menulis tentang ekonomi bayangan, sebuah analisis tentang kontribusi pedagang kaki lima sektor informal terhadap pendapatan negara. Ternyata diluar dugaan kontribusi usah mikro dan kecil ternyata cukup besar pada pendapatan negara. Hanya saja negara selalu mengabaikannya pada saat itu. Ketika krisis ekonomi terjadi, pamor usaha mikro dan kecil melambung karena usaha ini ternyata tidak terpengaruh oleh krisis. Sementara usaha besar yang diagungkan selama ini justeru menyebabkan kebangkrutan negara, toh usaha mikro dan kecil justeru menyelamatan negara dari kebangkrutan. Mulai tahun 2000, minat penelitian tentang usaha mikro ini menjadi perhatian banyak peneliti. Dari hasil penelitian tersebut terbukti usaha mikro memberi kontribusi yang cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi negara. Banyak menyerap lapangan kerja melalui penciptaan lapangan kerja, menyedikan barang dan jasa dengan harga murah serta mampu secara significan menyelesaikan masalah kemiskinan. Tahun 2000 ternyata peranan usaha mikro dan kecil mencapai 85,38% dalam menyerap tenaga kerja dan sumbangan terhadap PDRB mencapai 39,93%. Bagi kaum perempuan ternyata usaha mikro ini ternyata berpotensi bagi meningkatkan posisi tawar perempuan dalam keluarga.(Smeru 2003) Usaha mikro bersama usaha kecil juga mampu bertahan menghadapi goncangan krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997. Dimana serapan tenaga kerja ketika sebelum dan semasa krisis tidak banyak berubah, bahkan para pekerja yang diberhentikan karena perusahaan besar bangkrut justeru beralih keusaha mikro. Pengaruh krisis terhadap usaha mikro dan kecil lebih rendah dibanding dengan usaha menengah dan besar. Lebih jauh lagi, menurut laporan Lembaga Penelitian Smeru tahun 2003, bahwa usaha mikro dan usaha kecil telah berperan sebagai penyangga (buffer) dan katup pengaman (safety valve) dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, serta menyedikan alternatif lapangan pekerjaan bagi para pekerja sektor informal yang terkena dampak krisis. Tapi, toh sampai sekarang sikap pemerintah terhadap usaha mikro ini masih belum berubah, masih menganggap usaha mikro dan kecil sebagai beban. Kalau dulu dianggap tidak ada, sekarang sudah diangap ada tapi hanya sebatas buih dilautan, tidak bermakna. Dipandang indah tapi tidak diperhatikan dibiarkan begitu saja pecah diterjang ombak berserakan diterpa kapal. Usaha kecil dipandang marginal, tidak ada yang mau membelanya. Berharap kepada bank sudah tentu tidak bankable atau tidak layak bank. Berharap kepada pemerintah entah dinas mana yang mau menyentuhnya. Nama-nya disebut dimana-mana tapi siapa yang memperhatikannya? Setiap hari kita berjalan mendengar keluhan usaha mikro untuk akses modal yang keperluan modalnya sangat kecil. Akhirnya para usaha mikro ini terjerat oleh rentenir yang kadang mengatas namakan koperasi dengan bunga 40% perbulan. Toh tidak jarang para usaha mikro ini bukannya berkembang tetapi sudah layu sebelum tumbuh karena sudah dihisap para rentenir. Sekarang ini ada KKMB yang dibuat oleh pemerintah, yang tugasnya memfaslitasi usaha kecil ke perbakan. Toh ternyata KKMB masih terfokus kepada usaha yang layak bank, lalu bagaimana nasib usaha mikro yang tidak layak bank ini? Kepada siapa mereka berharap? Semoga pemerintah yang menghambur-hambur uang rakyat bisa sadar untuk memperhatikan mereka, mengurangi sedikit sikap korupnya untuk berbagi sesama. Semoga lembaga keuangan khususnya perbankan bukan hanya jor-joran memberi hadiah kepada masyarakat yang menabung paling banyak di bank. Memberi hadiah dengan diundi bagi masyarakat yang menabung di bank selain tidak memenuhi syarat sari’ah karena lebih dekat dengan judi, juga menciptakan sikap konsumtif bagi masyarakat dan sudah barang tentu menyimpan uang di bank dengan jumlah besar sebagai tidankan yang kurang produktif. Adalah positif bagi perbankan bukannya hanya menarik keuntungna dari masyarakat yang menabung, tetapi juga perlu memberi pendidikan kepada masyarakat bahwa sedikit apapun uangnya haruslah produktif yang diwujudkan melalui usaha. Langkah yang perlu diambil bagi perbankan adalah melakukan usaha jor-joran untuk memberi hadiah bagi yang paling aktif memanfaatkan perbankan untuk usaha produktif. Semoga (rw)

Tidak ada komentar:

Siapa yang anda pilih jadi Presiden?

Me

Me
Foto Terbaru

Cinta ku

Cinta ku

depan rumah

depan rumah
me n wife

Ayahanda

Ayahanda
Ayah ku yang berjasa

Klub Anak2

Klub Anak2
Di Rumah ku ada klub anak-anak lingkungan yang berlatih breakdance

Latihan Silat Juga

Latihan Silat Juga
Juga pernah saya mendatangkan guru untuk anak-anak yang mau main silat

Sekolah Gratis

Sekolah Gratis
Perpisahan dengan yang taman sambil rekreasi

Sedang belajar

Sedang belajar
Anak sedang belajar di ruangan tengah rumah ku

Perpustkaan

Perpustkaan
Di rumahku juga disedikan perpustakaan bagia siapa aja yang hobbi membaca

diskusi

diskusi
di rumah juga sering mengadakan diskusi gitu loh

Di Kuansing

Di Kuansing
Lagi Monev di Kuansing bersama Tim

Bersama Kepala Suku

Bersama Kepala Suku
Prof Aliamanda Su