Dari saya
Terima kasih bagi netter yang telah ke blog saya, dan menyediakan sedikit waktunya untuk membaca buah pikiran saya. Saya sangat senang jika apa yang saya pikirkan mendapat respon positif ataupun negatif. Dan saya dapat dihubungi di 08127627068. Salam mari berbagi kedamaian.
M.Rawa El Amady
Sabtu, 20 Oktober 2007
I N D O N
Kolom : M.Rawa El Amady
INDON, begitulah rakyat Malaysia memangil orang Indonesia, maksudnya hanya singkatan dari Indonesia. Tetapi kandungan makna dari Indon mencerminkan image sebahagian besar rakyat Malaysia--menengah kebawah-- terhadap Indonesia, melihat Indonesia dari kacamata buruh kasar yang ada di Malaysia.
Munculnya public image demikian secara sosiologis dipandang wajar, karena ada dua juta warga negara Indonesia yang menyebrang ke Malaysia untuk bekerja baik secara legal maupun ilegal. Setiap hari rakyat Malaysia berhadapan dengan para buruh kasar, sehingga informasi diserap tentang Indonesia hanya melalui buruh kasar. Padahal pola komunikasi yang dijalin tidak pula sejajar, antara majikan dan buruh. Pertanyaan yang muncul dari rakyat Malasyaia adalah kerja apa yang kamu bisa? atau mengapa mencari kerja di Malaysia? Jawaban dari pertanyaan tersebut akan memberi gambaran minus tentang Indonesia. Jadi wajar kalau sebahagian masyarakat Malaysia bertanya, di Indonesia ada pabrik, kah?
Rakyat Indonesia di Malaysia-pun secara tidak sengaja membangun image tersebut. Dari cara ia datang secara ilegal, pekerjaan yang dipilih serta pendidikan yang rendah. Dari masyarakat Malaysia pula pengaruh kebijaksanan udara tertutup terhadap siaran asing membuat informasi tentang Indonesia sangat sedikit. Di kalangan kelas atas rakyat Malaysia yang biasa berkunjung ke Indonesia mempunyai respon positif, dan mampu memisahkan antara Indonesia yang sebenarnya dengan para buruh kasar yang datang secara ilegal, yang menjadi under class di Malaysia.
Istilah Indon-pun diterima dengan terbuka, bahkan para buruh sendiri menggunakan kata indon untuk menyebut diri mereka. Ini artinya ada persetujuan terhadap persepsi masyarakat Malaysia terhadap Indonesia. Kesadaran pemaknaan muncul setelah banyak mahasiswa Indonesia yang studi di Malaysia. Kesadaran ini muncul disebabkan rakyat Malaysia secara tidak sengaja menyamaratakan orang Indonesia yang ada di Malaysia.
000000
Seorang mahasiswa Indonesia berada diatas texsi di Kuala Lumpur. Di dalam texi dibunyikan lagu berasal dari Indonesia. Merasa lagu dari negerinya didengar di Malaysia, si mahasiswa bertanya tentang asal usul lagu itu. Jawabnya mengejutkan bahwa lagu tersebut adalah lagu zaman dahulu sekarang sudah tidak ada lagi. Sang sopir balik bertanya: ‘Encik daripada mana?’ ( kamu asalnya dari mana?) Karena nasionalisme dengan bangganya menjawab berasal dari Indonesia. Ternyata sang sopir membantah kalau mahasiswa tadi dari Indonesia. Menurutnya dari Singapura, sebab orang Indonesia tidak pernah membuka texi dengan lembut dan berpakaian bagus.Orang Indonesia umumnya membuka texi dengan kasar, bicara kasar dan pakaian agak kotor. Karena merasa nasionalisme tergugat, sang mahasiswa dengan serius menunjukkan diri bahwa ia berasal dari Indonesia.
Setelah itu sang sopir bertanya tentang pekerjaan. Dengan cepat dijawabnya bahwa ia mahasiswa. Mendengar jawaban itu, sang sopir justeru bertanya. ‘Di Indon ada universiti ke?’ (Di Indonesia ada universitas?) penuh keheranan. Karena kesal, sang mahasiswa menjawab; ‘Satu-satunya orang Indonesia yang sekolah hanya saya.’ Sang mahasiswapun minta turun.
Pertanyaan-pertanyaan seperrti pengalaman diatas merupakan fenomena keseharian mahasiswa Indonesia. Seorang guru sekolah menengah bertanya apakah di Indonesia ada dibangun pabrik? Seorang mahasiswa tahun akhir bertanya apakah di Indonesia ada bioskop? Pernah Persatuan Pelajar Indonesia UKM (PPI-UKM) mengadakan pameran produksi IPTN. Maksudnya ingin menunjukkan karya bangsa Indonesia dikalangan mahasiswa Malaysia. Ternyata penjaga stand sering geram, sebab banyak diantara mahasiswa UKM melontarkan kata yang kurang sedap. “Ah Indon” sambil memalingkan muka pergi tanpa mau melihat kenyataannyang sebenarnya. Walaupun banyak yang kagum, bahwa Indonesia telah bisa buat pesawat terbang tanpa gembar-gembor.
ooooo
Kiranya perlu menjadi catatan bagi pemerintah Indonesia bahwa dipundaknya masih banyak pekerjaan yang belum selesai terutama problem tenaga kerja. Pembangunan yang kita banggakan ternyata menghasilkan bejuta imigran ilegal ke negeri orang untuk mencari kehidupan, padahal Indonesia negeri yang kaya. Apalagi penduduk kita yang diluar negeri tanpa ada pembelaan secara serius sebagai warga negara. Kapan lagi kita akan menunjukkan bahwa bangsa kita adalah bangsa yang besar, bukan hanya wilayah dan jumlah penduduk saja yang besar.
oooooo
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar