Dari saya

Terima kasih bagi netter yang telah ke blog saya, dan menyediakan sedikit waktunya untuk membaca buah pikiran saya. Saya sangat senang jika apa yang saya pikirkan mendapat respon positif ataupun negatif. Dan saya dapat dihubungi di 08127627068. Salam mari berbagi kedamaian. M.Rawa El Amady

Sabtu, 20 Oktober 2007

Modernisasi

Oleh. M. Rawa El Amady 1. Definisi C.C. Black, mengemukakan bahwa kata modernisasi berasal dari bahasa latin, iaitu kata modern, kemudian digunakan dalam bahasa Inggeris pada dekad ke 17 untuk menjelaskan perubahan di Eropah pada masa itu terutama revolusi Perancis. Dalam bidang ilmu pengetahuan modernisasi merupakan istilah umum untuk menjelaskan proses perubahan pada manusia sejak revolusi ilmu pengetahuan. Istilah modernisasi kemudian menjadi modernitas (digunakan pertama sekali di Amerika Latin) dan modernizer (1966: 5). Black mendefinisikan modernisasi sebagai suatu proses adaptasi kelembagaan kepada perubahan fungsi yang sesuai dengan perkembangan pengetahuan manusia, perlindungan terhadap lingkungan yang merupakan implikasi dari revolusi ilmu pengetahuan . (1966:7) Black memahami modernisasi sebagai proses adaptasi fungsi kelembagaan terhadap perkembangan ilmu dan teknologi yang terjadi di Eropah, kemudian melalui proses Eropanisasi dan westernisasi proses modernisasi juga terjadi di negara luar Eropah. Modernisasi merupakan salah satu bentuk perubahan hubungan manusia yang disebabkan oleh hubungan sebab akibat dari industrialisasi, ilmu dan teknologi. Proses perubahan memlibatkan berbagai aspek dalam masyarakat, seperti politik, ekonomi, kebudayaan dan pendidikan. Definisi lain, seperti Danile Lerner sebagaimana yang dikutip oleh Paresh Chattopadhyay (1971: 184) mengemukakan bahwa modernisiasi adalah proses perubahan sosial melalui pembangunan dalam bidang ekonomi. Ini bermakna proses modernisasi berawal dari kepentingan untuk membangun ekonomi. Pembangunan yang mengabaikan aspek ekonomi tidak akan mewujudkan modernisasi. S.N. Eisentadt pula mendefinisikan lebih luas dari pembangunan dalam proses modernisasi. Secara historikal Eisentadt, merumuskan modernisasi sebagai proses perubahan menuju ke type masyarakat modern, ekonomi dan politik sebagaimana yang dilakukan di barat pada dari abad ke 17, (1966:1). Konsep tersebut diluaskannya lagi dengan meletakkan konsep modernsasi yang sejajar dengan konsep pembangunan. Ini disebabkan pada masyarakat modern proses perubahan sosial melalui pembangunan merupakan bahagian yang terpenting. Lagipun, modernisasi bukanlah suatu konsep yang sangat abstrak, ia mejadi lebih nyata melalui proses pembangunan, dimana pembangunan membuat masyarakat menjadi semakin kompleks terutamanya dibidang ekonomi. James O’Connell, mendefinasikan modernisasi (1976:13) sebagai proses dari masyarakat tradisional atau pre-teknologi ditransformasikan ke masyarakat yang menggunakan teknologi mesin, rasional, sikap sekuler, dan defferensiasi yang tinggi pada struktur masyarakat. Myron Weiner, (1966;3) yang mendefinisikan modernisasi berdasarkan fokus ilmu yang menyertainya. Untuk itu Weiner memberi tiga bertuk studi modernisasi berdasarkan disiplin ekonomi, sosiologi & antropologi, dan politik. Ilmu ekonomi mendefinisikan modernisasi melalui pemakaian teknologi oleh manusia untuk mengolah dan mengontrol sumber ekonomi yang akan meningkatkan pengdapatan setiap individu untuk dipasarkan. Sedangan ilmu sosiologi dan antropologi memfokuskan kajian pada proses defferensiasi dari masyarakat modern. Ianya mengkaji tentang munculnya struktur baru yang akan menyebabkan wujudnya fungsi struktur yang baru atau menyebabkan perkembangan fungsi dari struktur yang lain, juga akan memberi perhatian pada defferensiasi pekerjaan seperti munculnya pekerjaan baru, akan wujud pembangunan pendidikan yang semakin kompleks dan wujudnya kumunitas baru. Sosiologi mengkaji tentang gangguan terhadap proses modernisasi, seperti muculnya tekanan, sakit mental, kejahatan, perceraian, rasial, keagamaan, konflik kelas, dan kenakalan anak-anak. Ilmu politik juga mengkaji tentang gangguan modernisasi tetapi memfokuskan pada kajian problem negara dan pembangunan pemerintahan sesuai dengan tujuan modernisasi. Kajiannya lebih memfokuskan pada kemauan pemerintah agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang dikehendaki oleh proses modernisasi, terutama dalam membuat kebijakan yang sesuai untuk masyarakat. Ilmu politik melihat proses modernisasi disuatu negara melalui perkembangan demokrasi, sehingga modernisasi politik identik dengan proses demokratisasi. 2. Proses Modernisasi Szyimon Chodak (dalam Vago, 1989 : 130) mengemukakan bahwa modernisasi dimulai dari tiga cara, iaitu 1) modernisasi merupakan hasil dari industrialisasi pada sebuah negara, yang membawa perubahan sistem nilai, tingkah laku, adat, orientasi baru pada produksi, dengan motivasi untuk mendukung terealisasnya industrialisasi. 2) modernisai merupakan hasil spontan yang merupakan bentuk kontak antara kebudayaan produk pembangunan dengan masyarakat yang kurang membangun. 3) merupakan akibat perencanaan ekonomi pemerintah. Dengan demikian proses modernisasi memerlukan waktu yang lama, yang mengikuti proses pembangunan ekonomi dan industri. Pencapaian tingkat ekonomi dan stabilitas ekonomi negara dan proses industrialisasi merupakan prasyarat untuk menuju masyarakat yang modern. Chodak, yang mengambil pengalaman modernisasi sub-Sahara Afrika, mengidentifikasi tiga sebab dan bentuk modernisasi, iaitu industri, akulturasi dan modernisasi itu sendiri. Industri menyebabkan berkembangnya kebutuhan material baru, sikap dan orientasi nilai baru dan pembahagian kerja. Semuanya itu akan menimbulkan aturan baru, organisasi dan sistem aktivitas yang lebih terdiffrensiasi. Adapun akulturasi merupakan dasar bertemunya dua kebudayaan yang berbeda dan ia termanifes melalui tingkah laku, gaya hidup dan pendidikan praktis dari kebudayaan yang berbeda itu. Akhirnya terjadi transformasi yang selektif yang akan menuju kepada suatu budaya yang baru. Sedangkan sumber penyebab dari modernisasi itu sendiri, bermula dari proses modernisasi yang membentuk model organisasi, institusi, dan orientasi nilai ke negara barat. Masing-masing dari bentuk modernisasi tersebut membentuk defferensiasi aturan, stabilitas dari spesialisasi institusi dan generasi yang spesifik yang diantaranya saling berhubungan. Menurut More, (1963:91) kondisi sistem sosial turut meransang ke situasi menuju modernisasi, yang dimulai melalui struktur sosial yang didukung oleh beberapa rangsangan yang terus menerus. Pembangunan ekonomi merupakan stimulan yang tertinggi kepada proses modernisasi, walaupun bukan absolut tetapi ia merupakan alat yang terpenting untuk reformasi sosial. Kemudian baru didukung oleh administrasi yang efesien, pemeliharaan sistem politik. Stimulan yang baik juga adalah pendidikan yang dapat mempengaruhi agar rezim bertindak demokrasi. Setelah itu baru diikuti tindakan land reform yang dapat membawa kepada keadilan sosial. Selalunya modernisasi berada dalam term pertumbuhan ekonomi, yang sering disebut dengan proses industrialisasi. Industrialisasi merupakan sumber kekuatan untuk produksi ekonomi atau pertumbuhan ekonomi, sebab ia merupakan jalan untuk mewujudkan organisasi, transportasi, komunikasi dan lain-lainnya. Dalam suatu masyarakat yang menuju modern, selalunya diawali proses modernisasi dari kelembagaan (institusional), setelah itu diikuti proses modernisasi individu, walaupun proses modernisasi dapat juga dimulai dari individu sebagai agen perubah. Pada akhirnya bahwa proses modernisasi selalu berjalan menuju keperbaikan kualitasnya dari masa ke masa. Oleh sebab itu, modernisasi menurut Vago, tidak akan pernah berakhir. 3. Modernisasi Ekonomi & Politik Salah satu aspek modernisasi adalah ekonomi. Namun demikian belum dijumpai teori secara khusus yang mengkaji tentang modernisasi ekonomi. Modernisasi ekonomi bermakna pembangunan aspek ekonomi untuk tujuan pertumbuhan ekonomi. Aspek terpenting dari ekonomi adalah sistem produksi. Pada sistem produksi tersebut melibatkan dua aspek sebagaimana yang dikemukan oleh Marx, adalah kekuatan dari produksi berupa peralatan teknologi untuk aktivitas ekonomi, dan kedua hubungan sosial dari produksi. Proses modernisasi ekonomi berawal dari perubahan model produksi dari subsiten kepada model produksi yang menghasilkan barang secara massal (banyak) untuk kepentingan pasar. Oleh sebab itu, dari aspek fisikal dan teknologi adalah perubahan penggunaan alat produksi dari tenaga manusia dan hewan kepada peralatan yang menggunakan mesin yang terbaru. Perubahan model produksi dan pengunaan teknologi melibatkan perubahan jumlah modal (finance). Orientasi produksi adalah adanya keuntungan yang sebanyak-banyaknya dengan sedikit-dikitnya modal. Agar produksi dapat dilakukan secara massal dengan modal yang sedikit, maka diperlukan peralatan teknologi yang canggih, alat transporasi yang cepat. Proses penemuan peralatan teknologi yang canggih ini, akan melahirkan perkembangan ilmu dan teknologi. Sedangkan dalam hubungan sosial akan muncul persaingan yang kompettitif dan sehat, dimana pasar dan kualitas sebagai penentu keberhasilannya. Produksi yang berorientasi pasar ini akan memerlukan perubahan pada pola perdagangan (pemasaran). Pasar tradisional yang sederhana akan berkembangan menjadi pasar yang semaking kompleks disebabkan semakin bertambahanya beraneka raagam dan jumlah produksi yang dijual dipasar. Proses jual beli pula berkembang dari tukar-menukar barang kepada pengunaan uang dan menggunakan check saja. Harga sangat ditentukan oleh keperluan barangan tersebut dipasaran dengan perhitungan jumlah biaya produksi dan keuntungan yang akan diperoleh. Modernisasi politik melalui tiga aspek iaitu institusi politik yang adil, sivilisasi, dan hukum (law) yang adil. Pada masyarakat tradisional tidak wujud institusi politik yang jelas dan terbuka. Rekrukmen politik berdasarkan keturunan, pemimpin politik bukan kerana dikehendaki rakyat tetapi kerana hak istimewa yang dimiliki secara turun temurun. Patisipasi politik tidak ada sebab tidak tersedianya lembaga politik yang bebas untuk menyalurkan kepentingan rakyat. Partai politik, media massa, pemerintah yang bersih dan hukum tidak mewujudkan fungsi yang sebenarnya. Oleh sebab itu, modernisasi politik adalah proses transformasi politik kepada berfungsi lembaga politik secara benar untuk membela kepentingan rakyatnya. Kepemimpinan politik lahir dari rakyat kerana kemampuannya membela kepentingan rakyat, media massa yang bebas, dan lembaga hukum yang adil. Umumnya modernisasi politik adalah terjadinya proses demokratisasi dalam semua aspek demi wujudnya keadilan sosial. 4. Karaterisitik Modernisasi Peneliti tentang karateristik modernisasi ini dilakukan oleh banyak pakar yang masing-masing memiliki kesamaan tetapi terdapat perbedaan dalam mengemukakannya, sebut saja misalnya Frank X Sutton (1976: 28) mengemukakan lima karateristik, iaitu 1) bersifat universal, spesifik, dan mempunyai nilai motivasi, 2) mempunyai mobiliti tinggi dalam hubungan vertikal, 3) bersifat egaliterian, 4) kelas ditentukan berdasarkan kepakaran yang dimiliki, dan 5) umumnya memilki asosasi. Peneliti lain yang memiliki pendapat yang sama adalah Robert A Ward dan Rustow, mengemukakan tujuh karateristik, dapat disimpulkan sebagai berikut; mempunyai differensiasi yang tinggi dan memiliki fungsi sistem yang spesifik pada organisasi pemerintahan, mempunyai integritas yang tinggi pada struktur pemerintahan, umumnya bersifat rasional, prosedur yang sekuler dalam proses politik. Dengan volume yang besar, ruang yang luas dan efesiensi tinggi dalam proses politik dan administrasi. Pelaksanaan pemerintah berdasarkan hukum dan mengutamakan kepentingan masyarakat dalam proses politik. Dari sudut sosiologi pula S.N. Aisentadt, (1966) menemukakan tujuh karaterisitik umum daripada modernisasi, iaitu mobilisasi sosial dan differensiasi; lanjutan differensiasi dan perubahan struktural; organisational dan status sistem; politik field; tendensi massa konsensual; pendidika field; dan aspek antara bangsa. Yang mana disetiap karateristik tersebut mempunyai ciri-ciri berbeda atau disebutnya karateristik pula. Joseph A. Kahl, (1970: 4-5) menemukakan tujuh karateristik modernisasi yang sekaligus dapat membedakannya dengan tradisional, iaitu 1) pembagian kerja (division of labor). 2) Penggunaan teknologi terbaru. 3) Tingginya urbanisasi. 4) Ekonomi dengan menggunakan pasar komersial yang kompleks. 5) Sistem stratifikasi sosial berdasarkan kepakaran, pendapatan, dengan kekuasan diperoleh melalui proses yang demokratis. 6) Pendidikan dan komunikasi yang maju dan berkembang. 7) Sistem nilai masyarakat bersifat rasional, skuler, banyak pilihan dan selalu mengadakan percobaan, efesiensi dan selalu berubah, dan lebih menekankan kepada respon individual. Dari karateristik diatas dapat disimpulkan bahwa karateristik dari modernisasi adalah adanya industrialisasi, defferensiasi, profesonal, rasionalisasi, demokratisasi, mobilitas, cendrung sekuler, egaliter, dan jaminan hukum atas semua masyarakat, dimana negara diatur berdasarkan aturan hukum yang adil.. 4. Teori-Teori Modernisasi Menurut Alvin Y So dan Swarsono, (1991) teori modernisasi sebenarnya banyak dipengaruhi oleh teori evolusi dan teori struktural-fungsional. Ini diketahui melalui hipotesis daripada teori modernisasi banyak berasal dari teori evolusi dan teori struktkrual-fungsional. Ini disebabkan tokoh teori modernisasi banyak terpengaruh teori evolusi dan struktural-fungsional di masa masih kuliah dahulu. Adapun ciri-ciri dari teori modernisasi, yaitu modernisasi merupakan proses yang bertahap, misalnya teori Rostow. 2) modernisasi sebagai proses homogenisasi. Dengan modernisasi akan terbentuk berbagai masyarakat yang memiliki tendensi dan struktur yang serupa. Misal teori Levy. 3) Modernisasi ada melalui eropanisasi, pembaratan, atau amerikanisasi. Artinya timur mencontoh pengalaman barat dalam hal industrialisasi, demokrasi dan hak azazi. 4) Modernisiasi sebagai proses yang tidak bergerak mundur. Maknanya modernisasi tidak boleh dihentikan. 5) Modernisasi merupakan perubahan progresif, dimana modernisasi merupakan sesuatu yang sangat diperlukan. 6. Modernisasi memerlukan masa yang panjang, sebab modernisasi dilihat sebagai perubahan yang evolusioner. Teori modernisasi ini mempunyai implikasi sebagai berikut; 1) memberlakukan pembenaran dichotomy antara tradisonal dan masyarakat modern. 2) modernisasi menilai bahwa idiologi komunis sebagai ancaman pembangunan bagi negara ketiga. 3. Modernisasi memberi legitmasi atas perlunya bantuan asing, terutam Amerika Serikat. (1991: 22-26) Alvin dan Swarsono, membahagi teori modernisasi menjadi dua bahagian, iaitu pertama, teori modernisasi klasik, diwakili oleh Smelser (Differensiasi Struktural), Rostow (Tahapan Pertumbuhan Ekonomi), Coleman (Pembangunan Politik yang Berkeadilan). Hasil-hasil kajian teori modernisasi klasik diantaranya; Hasil-hasil kajian McClelland (Motivasi berprestasi), Inkeles (manusia Modern), Robert N. Bellah (Agama Tokugawa), dan Sarbaini Sumawinata (lepas Landas Indonesia). Kedua hasil kajian baru teori modernisasi menampilkan Wong (Familiisma dan Kewiraswastaan di China), Dove (budaya lokal dan pembangunan di Indonesia), dan Davis (Revisi Kajian Agama di Jepang dan Teori Barikade). Sebenarnya peneliti yang beraliran modernisasi tidak terbatas pada pakar yang dikemukakan Swarsono dan Alvin Y SO itu saja. Umumnya ilmuan cendrung menggunakan persfektif modernisasi dalam menganalaisis fenomena negara-negara yang baru merdeka selepas tahun 50-an. Peneliti lain seperti C.E. Black, Eistand, Moore, Hungtinton, Dessay, Giddens, Weiner dan lain-lainnya. Selain itu aliran Maxis-pun sudah dari awal mengkaji tentang teknologi dan ekonomi yang merupakan salah satu aspek daripada modernisasi.. 6. Modernisasi di Barat* Modernisasi bermula daripada dua sebab iaitu perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan industri di Eropah pada dekad ke 16, yang membawa perubahan secara cepat pada masyarakat. Perubahan tersebut melahirkan masyarakat yang berbeda dari masyarakat tradisional, sehingga disebut modern. Proses modern disebut modernisasi. Modernisasi di Barat muncul dalam dua bentuk proses sosial. Pertama, modernitas, kedua, modernisme. Kedua konsep tersebut mempunyai kandungan yang berbeda, tetapi saling mendukung untuk satu tujuan membentuk masyarakat sejahtera dan masyarakat industri (advance society). Ini bermakna, modernisasi merupakan proses perubahan sosial menuju ke suatu titik tujuan, yang tujuan itu sendiri mempunyai standar yang relatif. Bagi sebuah negara tujuan modernisasi adalah untuk meningkatkan karateristik ekonomi agar negara relatif lebih stabil. (Chirot,Germani, More, dalam Vago:1989: 129). Modernitas mengacu pada ilmu dan teknologi, ekonomi, dan fisikal, didalamnya terkandung dua konsep iaitu industri, ilmu dan teknologi. Industri akan melahirkan produk keperluan manusia yang harus dinilai dengan pertimbangan kualitas serta proses menejerial yang efesien, sedangkan ilmu dan teknologi akan menyebarkan informasi tentang teknologi. Ilmu dan teknologi sangat diperlukan untuk perkembangan industri. Sedangkan modernisme merujuk pada idiologi modern yang diwakili melalui cara hidup cara berpakaian, pekerjaan dan hubungan sosial, didalamnya terkandung dua konsep yaitu pendidikan dan demokrasi. Pendidikan akan memenuhi standarisasi kecakapan yang diperlukan oleh industri, sehinga pendidikan sangat penting untuk mendukung perkembangan industri. Pendidikan juga bergantung pada ilmu dan teknologi bagai penyesuaian perkembangan teknologi yang diperlukan industri. Salah satu wadah perkembangan ilmu serta penyebaran informasi dan teknologi, adalah lembaga pendidikan. Demokrasi pula ditujukan agar produk industri bersifat manusiawi, dan kebijakan politik memihak kepada semua kaum. Memang demokrasi mengutamakan kemenganan mayoritas, tetapi dengan demokrasi yang minoriti juga diperhatikan. Demokrasi mampu menghapus penindasan terhadap suatu kaum. Gabungan industri dan pendidikan akan mewujudkan homogenisasi dan rasionalisiasi, keadaan ini akan mewujudkan sikap liberal sebagai akibat dari demokrasi. Keseluruhan proses modernitas dan modernisme mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Apabila kesejahteraan telah tercapai akan muncul masyarakat industri (advance society). Setelah itu maka akan muncul individualistis, fragmentasi masyarakat dan pengangguran. Oleh sebab itu, modernisasi di barat dimulai perkembangan industri, ilmu dan teknologi yang membawa perubahan pada sistem politik dan memajukan pendidikan serta merubah gaya hidup dari tradisional ke modern. 7. Modernisasi di Timur (Non Barat) Modernisasi di timur (non barat) bermula daripada pejajahan. Sampai pertengahan dekad ke-20 penjajahan barat berlaku secara langsung melalui kekuasaan politik. Setelah negara jajahan merdeka, bentuk penjajahan berubah menjadi penjajah secara tidak langsung melalui ekonomi dan pengaruh politik. Apabila orang-orang barat datang, atau melalui televisi orang-orang timur melihat apa yang dilakukan oleh orang-orang barat tersebut. Akibatnya negara-negara timur melakukan pencontohan terhadap prilaku barat, atau mengambil ide, ilmu dan teknologi yang dibawa oleh barat. Maka terjadilah westenisasi (pembaratan). PAda dasarnya Timur belum melahirkan ide, ilmu dan teknologi, tetapi prilaku sosialnya bersifat pembaratan seperti cara berpakaian, hubungan sosial dan gaya hidupnya. Setelah proses penjajahan dan westenisasi berjalan cukup lama, barulah secara perlahan terjadinya modernisasi yang tidak lengkap. Modernisasi di timur tidak muncul sebagaimana di barat, sebab modern bukan milik orang timur. Jika di barat modernisasi ditandai oleh modernitas, tetapi modernisasi di timur ditandai oleh modernisme. Proses modernisasi pula terjadi tanpa diikuti oleh proses pembangunan dan industrialisasi. Ini disebabkan pengaruh kolonialisasi dan wertenisasi yang begitu kuat sehingga tidak bisa membedakan antara yang menjadi inti daripada modernisasi dengan akibat yang dimunculkan oleh modernisasi. Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang dipakai negara timur yang baru merdeka, bukanlah suatu kesadaran tetapi hanya mencontoh yang berlaku di barat. Padahal negara-negara baru, mempunyai kelemahan dalam bidang industri, pendidikan dan ilmu tentang demokrasi. Akhirnya yang muncul adalah pergolakan politik di dalam negeri, dan mengabaikan aspek penting dari modernisasi iaitu modernitas. Dalam aspek modernisme, di timur tidak pula melakukannya secara keseluruhannya. Modernisme di timur lebih mementingkan pada gaya hidup, model pakaian, prilaku sosial dan pendidikan. Pada aspek pendidikan, sistem pendidikan di timur dipengaruhi oleh barat atau pengaruh negara yang menjajahnya. Ilmu yang diajarkan adalah ilmu yang berasal dari barat, belum berusaha menciptakan ilmu tersendiri yang sesuai dengan keperluan negaranya. Baru setelah akhir abad ke 20 dan memasuki abad ke 21, negara-negara timur berusaha mengembangkan ilmu dan metoda pengajaran tersendiri berdasarkan pengalaman yang diajarkan oleh barat. Dalam bidang politik, demokrasi di negara timur (non barat) adalah demokrasi simbolik iaitu demokrasi hanya pada tahapan simbolnya saja. Pemerintahan dijalan secara otorter, dan sentralistik. Demokrasi yang sebenaranya belum muncul di negara timur, sebab masih lemahnya ekonomi, pendidikan dan pengatahuan tentang demokrasi serta besarnya tekanan dari barat. Jika negara timur melaksanakan demokrasi maka di dalam negerinya tidak ada kestabilan politik. Namun demikian negara timur tidak pula merumuskan bentuk pemerintahan yang cocok untuk negaranya, tetapi memakai demokrasi dari barat yang tidak wujud secara benar. Aspek modernitas pula tidak wujud di negara timur, sebab semua keperluan negara timur disediakan oleh barat, sehingga timur sangat bergantung kepada barat. Oleh sebab itu negara timur hanya mementingkan ekonomi, tidak demokrasi, tidak ilmu dan teknologi. Untuk meningkatkan ekonomi negara timur melaksankan program industrialisasi melalui pemindahan industri di barat ke timur. Maka beridirlah pabrik besar di negara timur. Bagi barat pula peluang ini dapat membebaskan barat daripada pencemaran sekitaran, biaya murah, buruh murah, dan tersedianya bahan produksi yang banyak. Proses pemindahan pabrik dari barat ke timur ini, tidak diikuti oleh pemindahan ilmu dan teknologi kepada timur. Semua pekerja pakar dibawa dari barat, pekerja tempatan hanya pada level menengah dan bawah. Oleh kerananya, tidak terjadi penyebaran informasi ilmu dan teknologi. Oleh sebab itu, sesungguh proses modernisasi di timur sangat menguntungkan barat, sedangkan timur hanya mendapat untung dibawah tekanan barat. Krisis mata uang sekarang ini merupakan contoh melukiskan bahwa kekuasaan barat begitu besar terhadap timur. Sebenarnya timur belum mampu secara sendiri menentukan proses modernisasi yang diperlukan oleh timur. Hanya prinsip-prinsi asasnya sahaja yang diajarkan kepada manusia di timur. Oleh itu tidak hairan apabila modernisasi di timur hanya berkembang pada tahap implikasi dari modernisasi serta prinsif asasnya sahaja. Jika modernisasi di barat mewujudkan homogenisasi, liberalisasi dan rasionalisasi, maka homogenisasi, liberalisasi, dan rasionalisasi akan menjadi bahan perbincangan di timur tetapi hampir tidak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan kesemua konsep tersebut diambil secara langsung dari barat. Modernisasi di timur berakibat terhadap barat, terutama pada proses pemindahan industri di barat ke timur. Pemindahan industri dari barat ke timur mengakibatkan terjadinya pengangguran di barat. Pemilik pabrik lebih suka memakai tenaga kerja dimana kilangnya didirikan, sebab gaji murah masa yang dipakai untuk bekerja lebih lama. Dibandingkan dengan buruh di barat yang gajinya sangat tinggi dan masa kerja singkat. Pengangguran di barat adalah menjadi beban pemerintahan, sebab umumnya di negara barat menanggung biaya pengangguran. Bagi timur pula proses pemindahan indusrti ke timur oleh barat, akan melahirkan eksploitasi terhadap sumber daya yang tersedia di timur, eksploitasi tenaga kerja, dan mengalirnya uang dari timur ke barat sebagai pemilik modal. Dilihat dari segi lingkungan, umumnya pabrik yang didirkan di timur tidak ramah pada lingkungan, akibatnya akan terjadi pencemaran lingkungan, terutama terhadap sungai dan udara. Para petani yang biasanya hidup bergantung pada hutan dan sungai terpaksa kehilangan tempat untuk mencari makan, sebab hutan telah diambil industri, sedangkan sungai telah pula tercemar. Maka wujudlah petani yang tidak punya tanah bahkan tidak punya pekerjaan. 8. Modernisasi Pada Masyarakat Agraris Modernisasi pada masyarakat agraris non barat terjadi sebagaimana proses modernisasi di negara non barat umumnya pada lingkup mikro. Dimana pada masyarakat agraris terjadi proses kolonialisasi yang dilakukan oleh pemilik modal, dilanjutkan dengan kotanisasi (mencontoh gaya hidup kota), dan urbanisasi. Modernisasi di masyarakat agraris muncul disebabkan oleh pihak luar. Masyarakat desa tidak memahami apa yang dimaksud dengan modern dan modernisasi. Oleh seba itu, modernisasi pada masyarakat agraris [desa] (1) dilakukan oleh pemerintah melalui program pembangunan desa dan (2) yang terjadi dengan sendirinya disebabkan oleh interaksi dengan pihak luar, seperti pergi ke kota r, mencontoh di televisi, kemasukan agent perubahan ke desa dan kemasukan industri di desa. Modernisasi yang dilakukan pemerintah dilakukan dalam bentuk program-program pembangunan pedesaan baik melalui perencanaan dari pusat mahupun perencanaan dari masyarakat itu sendiri. Proses pembangunan masyarakat desa dihuraikan oleh Mohd. Shukri Abdullah (1989) melalui tiga pendekatan pembangunan, iaitu pembangunan komuniti, revolusi hijau dan pembangunan yang berorientasi pada kemiskinan. Kesemua pendekatan itu bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian yang subsisten menuju ke pengembangan hasil pertanian yang berorientasi pasar guna mengurangi kemiskinan. Gerakan yang paling populer pada negara yang sedang membangunan tentang pembangunan masyarakat petani ini adalah program land reform, iaitu program memberikan tanah kepada petani, subsidi pupuk, pembuatan jalan ke desa, pembentukan pasar, pengadaan sekolah, pengadaan teknologi baru bidang pertanian, pembentukan organisasi petani, program bimbingan pada petani, pemberian pinjaman uang, dan insentif. Proses modernisasi dan perubahan sosial terjadi secara lambat. (Mosher, 263;1966) Sedangkan modernisasi yang datang dari masyarakat sendiri (tanpa pembangunan) disebabkan oleh mencontoh melalui interaksi langsung dengan masyarakat luar, pendidikan, masyarakat kota yang datang. Selain itu muncul dari menonton televisi, mendengar radio, mendengar pidato politik. Penyebab lain pada negara yang sedangkan menjalankan industrialisasi adalah kemasukan pabrik di pedesaan (luar bandar). Industrialisasi yang menggunakan peralatan modern sudah tentu sangat berbeda dengan sistem produksi masyarakat yang masih subsisten iaitu bergantung kepada sumber alam, dan bekerja untuk memenuhi keperluan hidup hari ini. Kesannya secara lansugn atau tidak langsung akan terjadi konflik kepemilikan hak milik atas tanah atau hutan. Kehadiran industri di masyarakat agraris akan mengakibatkan perubahan model produksi. Penduduk akan berganti bekerja dari mengolah tanah miliknya sendiri menjadi bekerja di pabrik atau menjadi buruh pada tanah milik orang lain. Hal ini disebabkan tanah (termasuk hutan) petani diambil oleh industri. Maknanya penduduk kehilangan pekerjaan utama iaitu berkebun atau berladang. Akibatnya akan terjadi proses peminggiran dan pemiskinan disebabkan perubahan mode produksi dan pola konsumsi dengan pendapatan rendah sementara harga barang menjadi tinggi disebabkan industri. Perubahan model produksi akan membawa perubahan secara keseluruhan pada masyarakat terutama perubahan dalam ekonomi masyarakat dari ekonomi subsisten agraris berubah ke ekonomi kapitalis atau menjadi pekerja yang bergantung kepada industri, tetapi tetap saradiri. Bagi yang tidak mempunyai kecekapan yang diperlukan industri masyarakat akan kehilangan pekerjaan, atau menjadi buruh di tempat lain atau juga berpindah ke kawasan lain yang dapat menjamin kehidupannya. Perubahan ekonomi ini mempunyai akibat terhadap perubahan lain dalam struktur sosial, sistem nilai dan migrasi penduduk. Industri yang menyebabkan berkurangnya sumber kehidupan masyarakat agraris disebabkan berkurangnya tanah dan hutan, memaksa penduduk untuk merespon perubahan tersebut. Berkebun atau berladang sudah tidak boleh lagi sesuka hati, tetapi sudah dibatasi oleh luas tanah yang sempit. Oleh kondisi yang demikian pertani akan memilih untuk menggunakan tanah yang sedikit secara maksimal. Misalnya dengan menggunakan baja yang cukup, bertanam dua atau tiga kali setahun, dan menjual hasil pertanian untuk mendapatkan wang disebabkan seluruh keperluan harus diperoleh melalui wang. Kemasukan industri bermakna mengembangkan pola interaksi dengan masyarakat luar yang datang ke tempat mereka kerana bekerja pada kilang. Interaksi tersebut akan menyebabkan pendedahan minda menuju ke masyarakat yang lebih modern dari sebelumnya. Disinilah proses pencontohan terjadi, dan modernisasi berjalan dengan sendirinya. Pengaruh dari mondeisasi ini akan menyebabkan perubahan nilai dan pola tingkah laku. Peter S.J. Chen (1980 :240-244) mengemukakan bahwa akibat industrialisasi dan modernisasi pada masyarakat agraris akan terjadi empat pola perubahan, iaitu 1) sikap dan hubungan pekerjaan. Perubahan ini mencakupi perubahan dari pola tradisonal yang bersikap agraris berubah ke pola modern, seperti bekerja secara reguler, terikat waktu, dengan bayaran yang jelas, sedang hubungan kerja membentuk tingkatan skill dan kepemimpinan. 2) Perubahan pada pola komuniti hidup. Perubahan ini disebabkan oleh perubahan sekitaran fizikal, dan gaya hidup. 3) Perubahan pada sistem famili dan hubungan keluarga. Seperti perubahan pada peran ibu, disebabkan ibu bekerja, sedikit jumlah anak, dan keluarga wujud menjadi keluarga inti. 4) Perubahan ke kebudayaan popular dan nilai-nilai yang berlawanan. Perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat yang agak bebas mengikuti gaya hidup orang barat. 9. Kesimpulan Dari huaraian diatas dapat disimpulkan bahwa proses modernisasi merupakan salah satu bentuk daripada perubahan sosial, yang berlangsung melalui dua cara iaitu secara terencana dan secara tidak terencana. Secara terencana wujud melalui program pembangunan sedangkan secara tidak terencana modernisasi wujud tanpa program pembangunan, tetapi merupakan hasil daripada masyarakat yang dinamis melalui interaksi kepada pelbagai pihak. Misalnya kesan secara tidak langsung daripada kehadiran industri disekitaran penduduk, pendidikan, dan interaksi penduduk kepada masyarakat yang sudah modern. 10. Daftar Bacaan Bryans S. Turner: (Editor) 1990, Theories of Modernity and Post Modernity, London. Newbury Park. New Delhi : Sage Publications. Bruggger, Bill & Hannan, Kate, 1983, Modernization and Revolution, London & Canbera : Croom Helm. Black, C.E. 1966, The Dynamic Of Modernization, New York, Evanstone dan London : Harper & Row Publishers. Black, C.E. 1976, Comparative Modernization,London: The Free Press. Cascardi J. Anthony, 1992 The Subject of Modernity, British : Cambridge University. Chen, J. Peter,1980, ‘The Cultural Implication of industrialization and Modernization In south-east Asia’ dalam Evers, Hans Dieters, Sociology Of South-East Asia; Reading on Social Change and Development, Kuala Lumpur : Oxford Uni eversity Press. Desai. A.R, (Editor) 1971, Volume 1 dan 2, Essays on Modernization of Underdeveloped Societies. Bombai : Thacker & Co. Ltd. Eisentadt, S.N. 1966, Modernization : Protest and Change. Jerusalem : The Hebrew University. Giddens, Anthony, 1991, The Consequences Of Modernity, Cambridge : Polity Press. Giddens, Anthony, 1991, Modernity and Self-Identity, Self And Society The Late Modern Age, Cambridge : Polity Press. Khal, A. Joseph, 1968, The Measurement Of Modernism, A Study of Values in Brazil and Mexico. Austin and London : The University of Texas Press. Levy, Jr, Marion J, 1966, Modernization and The Structure of Societies: A Setting For International Affair, Princeton, New Jersey : Princeton University Press. Luke, Timothy W. 1990, Social Theory and Modernity; Critique, Dissent and Revolt, New Bury Park, London & New Delhi : Sage Publication. Morse, Chandler & Ashford, Douglas E dan lain-lain, 1969, Modernization bby Design; Social Change in Twentieth Century, Ithaca & London : Cornell University Press. Swarsono & Alvin Y. SO, 1991, Perubahan Sosial dan Pembangunan Indonesia, Teori-Teori Modernisasi, Dependensi dan Ssitem Dunia. Jakarta : LP3ES. Vago, Steven, 1989, Social Change, United States : Prentice Hall. Wiener Myron, 1966, Modernization The Dynamic Growth, New York & London : Basics Books, INC, * Bahagian ‘Modernisasi di Barat’ dan ‘Modernisasi di Timur’ banyak berpedoman pada rajah yang diberikan Prof.Dr. Syamsul Amri Baharuddin dalam kuliah Wacana Sosiologi Semasa, Jabatan Ansos UKM, 1997.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

panjang, lebar, dan bermanfaat. Kalo boleh tahu, bukunya CC Black itu apa ya...?
Terimakasih

rawa mengatakan...

Terima kasih atas komentarnya
ini bukunya
Black, C.E. 1976, Comparative Modernization,London: The Free Press

Siapa yang anda pilih jadi Presiden?

Me

Me
Foto Terbaru

Cinta ku

Cinta ku

depan rumah

depan rumah
me n wife

Ayahanda

Ayahanda
Ayah ku yang berjasa

Klub Anak2

Klub Anak2
Di Rumah ku ada klub anak-anak lingkungan yang berlatih breakdance

Latihan Silat Juga

Latihan Silat Juga
Juga pernah saya mendatangkan guru untuk anak-anak yang mau main silat

Sekolah Gratis

Sekolah Gratis
Perpisahan dengan yang taman sambil rekreasi

Sedang belajar

Sedang belajar
Anak sedang belajar di ruangan tengah rumah ku

Perpustkaan

Perpustkaan
Di rumahku juga disedikan perpustakaan bagia siapa aja yang hobbi membaca

diskusi

diskusi
di rumah juga sering mengadakan diskusi gitu loh

Di Kuansing

Di Kuansing
Lagi Monev di Kuansing bersama Tim

Bersama Kepala Suku

Bersama Kepala Suku
Prof Aliamanda Su